Reportase Simposium 1

Reporter: Tutik Istiyani

Pada simposium 1 membahas mengenai inisiatif pengembangan kawasan tanpa rokok (KTR). Simposium ini dilaksanakan setelah istirahat makan siang, tepatnya pada pukul 13.45 – 15.00 di Hotel Royal Kuningan dengan dimoderatori oleh Dr. Rohani Budi Prihatin, M.Si dari Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Setjen DPR-RI. Dalam symposium ini tidak begitu banyak yang hadir, yaitu hanya sekitar 18 orang termasuk para presenter. Hal ini terjadi karena pada jam yang bersamaan, juga dilaksanakan dua acara satellite meeting dan dua simposium dengan tema pembahasan yang lain. Dalam simposium mengenai inisiatif pengembangan KTR ini, ada enam makalah yang dipresentasikan. Masing-masing presenter diberi waktu presentasi selama 10 menit dan tanya jawab sekitar 3 menit. Secara singkat, keenam makalah tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) KTR merupakan Terobosan Kepatuhan Perda KTR. Makalah ini dipresentasikan oleh Ramadhani dari No Tobacco Community. Dalam presentasinya disampaikan bahwa dalam upaya penegakan Perda KTR, Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Satuan Polisi Pamong Praja bekerjasama dengan petugas tim gabungan untuk melaksanakan TIPIRING di area yang merupakan KTR. Tim gabungan terdiri atas SKPD terkait dan LSM pendukung pengendalian tembakau. Tim gabungan selalu melaksanakan rapat teknis terlebih dahulu untuk merencanakan target TIPIRING. Pelanggar KTR akan dikenakan sanksi berupa denda atupun surat teguran yang dikeluarkan oleh hakim. Denda berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 50.000. Hambatan dalam pelaksanaan TIPIRING adalah pelanggar KTR terkadang tidak hadir dalam persidangan. Pada tahun 2010, TIPIRING dilaksanakan sebanyak 4 kali, tahun 2011 sebanyak 15 kali, tahun 2012 sebanyak 6 kali, tahun 2013 sebanyak 10 kali dan pada tahun 2014 ini TIPIRING telah dilaksanakan 1 kali dari 5 TIPIRING yang direncanakan.

Kedua, Mengukur Pajanan Asap Rokok di Jakarta, Indonesia. Makalah ini dipresentasikan oleh B. Fellarika Nusarrivera dari Swiss contact Indonesia Foundation. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kadar PM2.5 dan perilaku merokok di tempat umum dan tempat kerja di Jakarta. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran singkat yang membantu pemangku kepentingan memahami seberapa besar pekerja dan pengunjung di setiap lokasi yang diukur terpajan oleh AROL. Hasil penelitian membuktikan bahwa kadar rata-rata PM2.5 di ruang tertutup dimana terdapat kegiatan merokok di Jakarta adalah 195. Hasil ini 2.5 kali lebih tinggi dari kadar PM2.5 di ruang tanpa kegiatan merokok. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada kadar pajanan AROL yang bebas dari resiko.

Ketiga, Bali Tobacco Control Initiative: Penguatan Komitmen Lokal dan Perda KTR di Bali. Makalah ini dipresentasikan oleh I Made Ketut Duana dari Bali Tobacco Control Initiative. Dalam presentasinya dipaparkan bahwa Bali sebagai sebagai tujuan wisata international dan representasi Indonesia secara international, Bali dituntut memiliki standar fasilitas public bertaraf international dan salah satunya pengaturan KTR. Hasil studi kepatuhan menunjukkan peningkatan kepatuhan terhadap Perda KTR Provinsi Bali. Hasil opinion poll juga menunjukkan 88% perokok dan 93% bukan perokok mendukung implementasi Perda KTR. Komitmen lokal sangat efektif dalam implementasi Perda KTR serta menghadapi intervensi industry rokok.

Keempat, Pengaruh Persepsi Mahasiswa terhadap Kawasan Tanpa Rokok dan Dukungan Penerapannya di Universitas Sumatera Utara. Makalah ini dipresentasikan oleh Tria Febriani dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan karena Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu institusi pendidikan, sampai saat ini belum menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus. Penelitian yang dilakukan merupakan survey explanatory research dengan populasi seluruh pengurus pemerintahan mahasiswa (Pema) dari setiap fakultas di Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 1506 orang dan diambil sampel secara purposive sampling sejumlah 98 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi tentang kawasan tanpa rokok mempunyai pengaruh terhadap dukungan penerapan kawasan tanpa rokok.

Kelima, Evaluasi Kualitas Udara pada Sektor Pariwisata di Bali. Makalah ini dipresentasikan oleh Ketut Suarjana dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan setelah 2 tahun implementasi Perda KTR di Bali, merupakan penelitian deskriptif crossectional menggunakan pengawasan kawasan dan observasi. Kualitas udara dievaluasi menggunakan alat monitor kualitas udara "dylos" yang mengukur particulate matter (PM 2,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari seluruh sampel, 56% area memiliki kualitas udara di atas standard yang ditetapkan oleh WHO. 3 kawasan pariwisata yang dievaluasi adalah bar, restoran, dan hotel. Hotel merupakan kawasan dengan kualitas udara paling baik, sedangkan bar merupakan kawasan dengan kualitas udara yang paling buruk. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penempatan kawasan khusus merokok di dalam ruangan, meskipun dengan pembatas fisik, tidak dapat melindungi mereka yang berada di kawasan bebas rokok. Jadi kawasan merokok harus berada di luar gedung/di ruangan terbuka.

Keenam, Kepatuhan Mahasiswa terhadap Penerapan Kawasan Bebas Asap Rokok di Kampus Universitas Hasanuddin. Makalah ini dipresentasikan oleh Ida Leida M. Thaha dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap penerapan kawasan bebas asap rokok pada mahasiswa. Penelitian dilakukan di fakultas yang ada di bawah naungan kesehatan di Universitas Hasanuddin dengan sampel sejumlah 127 mahasiswa yang dipilih secara proportional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan terhadap penerapan kawasan bebas asap rokok dengan sikap dan lingkungan social. Oleh karena itu perlu adanya dukungan semua pihak secara social antara mahasiswa dan juga peningkatan sikap positif.