banner pasca

Forum nasional JKKI XIV telah sukses diselenggarakan pada 14-17 Oktober 2024, terdapat 10 agenda kegiatan seminar termasuk 4 topik didalamnya terkait tentang transformasi kebijakan untuk mengurangi beban penyakit (jantung, katarak, diabetes dan masalah Stunting-wasting). Materi dan video rekaman selama kegiatan dapat dipelajari kembali untuk mengikuti ujian online pada 5-17 November 2024 di platform Plataran sehat kementerian kesehatan. Informasi dan pendaftaran ujian bersertifikat dapat diakses pada link berikut

selengkapnya

 

anhss24

25-28 November 2024, Chulalongkorn University, Bangkok Thailand

Salah satu pilar utama dalam transformasi sistem kesehatan Indonesia adalah penguatan layanan primer. Transformasi ini merupakan langkah krusial dalam meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan program-program kesehatan yang lebih komprehensif dan efektif, kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta perlu didukung. Kemitraan ini bertujuan untuk menciptakan integrasi layanan kesehatan yang lebih baik, di mana sektor swasta berperan aktif dalam mendukung dan melengkapi layanan yang disediakan oleh sektor publik. Melalui sinergi antara kedua sektor ini, diharapkan tercipta sistem kesehatan yang lebih efisien, terjangkau, dan mampu menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Asia-Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) berkolaborasi dengan Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, akan menyelenggarakan Kursus Kebijakan terkait Transformasi Sistem Kesehatan: Mendorong Keterlibatan Sektor Swasta untuk Integrasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berbasis Layanan Primer. Kegiatan akan berlangsung pada 25-28 November di Bangkok, Thailand. Acara ini akan menghadirkan narasumber dari berbagai negara, yang akan berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam bidang kesehatan. Informasi jadwal dan pendaftaran silahkan akses pada link berikut.

selengkapnya

 

Diseminasi “Analisis Implementasi Pelayanan Kesehatan untuk Penyandang Disabilitas dalam Mencapai Universal Health Coverage (UHC)”

PKMK dengan dukungan INKLUSI telah menyelenggarakan riset terkait manfaat pelayanan kesehatan pada penyandang disabilitas. Salah satu hasilnya, berdasarkan pengalaman dari penyandang disabilitas, terdapat tantangan yang mereka hadapi ketika mengakses pelayanan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan RS. Tantangan yang paling banyak dihadapi adalah sarana prasarana dan tenaga kesehatan yang tidak inklusif untuk penyandang disabilitas.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk menyusun kebijakan kesehatan yang inklusif. Kemudian, Mitra INKLUSI dan organisasi penyandang disabilitas lainnya dapat memanfaatkan untuk proses advokasi kebijakan tingkat nasional dan daerah. Ikuti diseminasi penelitian yang akan di selenggarakan pada Rabu, 30 Oktober 2024 yang dapat diikuti secara daring pada link berikut

selengkapnya

 

Reportase
20th National Health Research for Action (NHRFA) Evidence Summit

25okt bSetiap tahun, Departemen Kesehatan Filipina mengadakan konferensi untuk menyampaikan temuan-temuan kunci dari berbagai penelitian prioritas kesehatan yang dilakukan oleh Center for Health Development/CHD (semacam Dinas Kesehatan). Di Filipina terdapat 17 CHD yang mengelola kesehatan di 81 Provinsi.

Terdapat dua stream dari Evidence Summit ini, stream pertama adalah pada evidence-based medicine, sementara stream kedua adalah evidence dari penelitian sistem dan kebijakan kesehatan. Sebagai steward dari arah kebijakan nasional, Pemerintah melalui Philippine Council for Health Research and Development menyusun dokumen resmi (NUHRA) yang menjabarkan topik-topik prioritas kesehatan apa yang mereka harapkan akan dilakukan penelitian-penelitiannya dalam lima tahun. Peneliti PKMK berkesempatan menjadi salah satu tamu dan membagikan pengalamannya dalam mengikuti konferensi tersebut, simak reportase kegiatan pada link berikut

selengkapnya

 

Relieving or Aggravating the Burden: Non-communicable Diseases of Dual Users of Electronic and Conventional Cigarette in Indonesia

Prevalensi merokok konvensional (tembakau) dan rokok elektrik menjadi perhatian yang terus berkembang di Indonesia. Kondisi ini semakin memburuk karena rokok elektrik melengkapi rokok konvensional, yang mengakibatkan pengguna ganda, yang berpotensi menimbulkan beban tambahan dalam hal kesehatan. Sebuah studi dilakukan untuk menilai hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan konvensional tunggal dan PTM. Studi ini diambil dari Survei Kesehatan Dasar Nasional 2018. Sampel dibatasi pada responden berusia 15–64 tahun yang hanya menggunakan rokok elektrik, hanya menggunakan rokok konvensional, atau menggunakan rokok elektrik dan rokok konvensional dalam satu bulan terakhir (pengguna ganda).

Hasilnya, pengguna rokok ganda memiliki hubungan positif dengan laporan memiliki PTM, seperti gagal hati, diabetes, hipertensi, dan penyakit gusi dibandingkan dengan pengguna tunggal. Pengguna rokok elektrik tunggal memiliki hubungan positif dengan pelaporan PTM seperti asma dan diabetes, dan masalah gigi seperti gigi patah, dan mereka memiliki multimorbiditas penyakit dibandingkan dengan pengguna rokok konvensional tunggal. Pengendalian konsumsi rokok elektrik dan rokok konvensional secara bersamaan sangat penting. Selain itu, penting untuk mempromosikan kebijakan untuk meningkatkan harga rokok elektrik dan rokok konvensional guna mengurangi prevalensi merokok dan mencegah pengguna ganda. Akibat dari konsekuensi kesehatan yang negatif bagi pengguna tunggal atau pengguna ganda rokok konvensional dan rokok elektrik, alternatif yang paling efektif adalah berhenti merokok, bukan mengganti produk.

selengkapnya

 

Body Mass Index as a Dominant Risk Factor for Metabolic Syndrome among Indonesian Adults

Penyakit tidak menular (PTM), terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2, sebagian besar disebabkan oleh sindrom metabolik (MetS). Sebuah studi menganalisis hubungan Indeks Masa Tubuh hubungannya dengan MetS pada kejadian penyakit tidak menular di kelompok penduduk Kabupaten Bogor.

Hasil MetS, penilaian pola makan, aktivitas fisik, dan biomarker dianalisis setiap dua tahun berturut-turut. Risiko peserta yang kelebihan berat badan dan obesitas untuk mengembangkan MetS masing-masing 2,4 dan 4,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang indeks massa tubuh (IMT) dalam kisaran normal. Peserta yang melaporkan kurang berolahraga secara sengaja memiliki risiko MetS 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang lebih banyak berolahraga secara sengaja. Peran diet juga signifikan, dibuktikan dengan penurunan risiko MetS sebesar 30% bagi orang-orang yang mengonsumsi lemak pada kuartil ke-2 dibandingkan dengan kuartil ke-1. Sementara itu, asupan karbohidrat pada kuartil ke-2 meningkatkan risiko MetS 1,5 kali dibandingkan dengan kuartil ke-1. Hasil studi ini merekomendasikan intervensi strategis untuk meningkatkan program deteksi dini dan pemantauan PTM dengan melibatkan fokus yang ditargetkan pada promosi gaya hidup sehat berbasis masyarakat di Kabupaten Bogor.

selengkapnya

 

Characteristics of Type 2 Diabetes Mellitus Patients with Diabetic Ketoacidosis

Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut diabetes melitus (DM) dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik pasien DMT2 dengan dan tanpa KAD di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2020. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien DMT2 dengan dan tanpa KAD di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2020.

Hasilnya, sebagian besar pasien T2DM dengan KAD berusia ≥ 40 tahun (62,1%), berjenis kelamin perempuan (65,5%), tingkat pendidikan menengah (72,4%), lama diagnosis DM ≤ 5 tahun (75,9%), memiliki faktor pencetus infeksi (65,5%), mengonsumsi insulin (58,6%), Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kriteria kelebihan berat badan-obesitas (55%), kadar glukosa darah puasa (GDP) < 250 mg/dl (62,1%), dan glukosa darah puasa (GDP) 250-600 mg/dl (51,7%). Penelitian ini menemukan adanya hubungan antara usia, lama diagnosis DM, faktor pencetus, penggunaan obat, dan PPG dengan KAD pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini mengonfirmasi adanya perbedaan bermakna pada usia, lama diagnosis DM, faktor pencetus, jenis terapi antidiabetik, dan PPG antara pasien DM tipe 2 dengan dan tanpa KAD di RSUD Dr. M. Djamil Padang.

selengkapnya