Modul 3. Implikasi dan Rekomendasi

Bagian ini terdiri dari dua bagian:

  • Implikasi: apa yang penulis yakini akan terjadi, atau mungkin akan terjadi;
  • Rekomendasi: apa yang penulis harapkan akan terjadi.

Untuk kedua hal tersebut, bahan tulisan harus mengalir dari kesimpulan. Argumen harus didukung oleh data dan hasil temuan. Artinya, implikasi dan rekomendasi harus berbasis pada bukti yang kuat, bukan sekedar pernyataan normatif.

Bagian 1. Implikasi

Implikasi merupakan pernyataan mengenai konsekuensi alamiah dari sebuah hal. Pernyataan implikasi sering disajikan dengan kalimat: Jika (If).......maka (then)...

Misal:
Jika kebijakan penambahan fasilitas kesehatan di Indonesia bagian timur gagal dilakukan, maka manfaat Jaminan Kesehatan Nasioal cenderung hanya akan dimanfaatkan oleh warganegara Indonesia di daerah barat, khususnya Jawa.

Ini merupakan bagian yang paling penting dari sebuah policy brief. Bagian Implikasi harus menunjukkan apa dampaknya apabila kebijakan saat ini (atau situasi saat ini) tidak mengalami perubahan. Bagian ini harus meyakinkan pembaca (pembuat kebijakan) bahwa suatu tindakan harus segera diambil.

Dengan kata lain, bagian Implikasi harus menunjukkan urgensi masalah. Sampaikan secara riil apa dampaknya dari berbagai perspektif. Tanyakan terus pada diri sendiri: "Apa akibatnya bila hal ini dibiarkan terus menerus?" kemudian tuangkan di bagian ini.

Bagian 2. Rekomendasi

Setelah menunjukkan implikasi dari situasi/kebijakan saat ini, berikan solusi. Sebuah policy brief harus memberikan rekomendasi yang jelas, sistematis, dan praktis. Jangan berikan rekomendasi yang normatif. Sedapat mungkin tujukan rekomendasi sesuai konteks masalahnya. Misalnya, ada pilihan rekomendasi untuk beberapa level pemerintah (kabupaten, provinsi dan pusat) apabila memang konteks permasalahan membutuhkan tindakan dari semua level pemerintahan. Bahkan, berikan rekomendasi pula untuk pihak-pihak terkait walau pun di luar sektor kesehatan, apabila memang diperlukan.

Jika demikian halnya, maka susunlah rekomendasi secara jelas, misalnya:

  • Rekomendasi untuk Kemenkes
  • Rekomendasi untuk Bupati
  • Rekomendasi untuk Dinas Kesehatan
  • Rekomendasi untuk DJSN
  • Rekomendasi untuk BPJS
  • Rekomendasi untuk Bappenas
  • dan sebagainya.

Setiap rekomendasi di atas harus berbeda isinya sesuai dengan tugas dan wewenang pengambil keputusan. Sebagai catatan, terkait dengan kondisi dan situasi setempat, terkadang secara budaya atau politis tidak tepat untuk memberikan rekomendasi. Dengan demikian penulis akan menyusun pernyataan yang persuasif untuk bertindak namun tidak terlalu agresif nadanya.

Tetapi intinya, rekomendasi adalah sebuah call for action. Rekomendasi merupakan sebuah sugesti bagi pengambil kebijakan mengenai apa yang diharapkan atau yang seharusnya akan terjadi. Rekomendasi yang terbaik adalah yang dapat menggambarkan secara spesifik aksi yang sebaiknya dilakukan.

Kaitkan rekomendasi dengan tujuan dari policy brief dan sifat dari penelitian Anda.
Contoh:

  • Untuk penelitian monitoring terhadap pelaksanaan kebijakan, (UU, Peraturan Pemerintah, Perpres, Permenkes, Perda, Pergub, Perbup dan lain-lain), rekomendasi dapat berupa: Cara perbaikan pelaksanaan kebijakan di aspek tertentu secara tepat, atau Scaling-up (memperluas) kebijakan atau cara melakukan evaluasi menyeluruh karena pelaksanaan kebijakan meragukan, menghentikan kebijakan yang efektif, dan seterusnya.
  • Untuk penelitian yang merupakan penelitian awal/pilot untuk menyusun kebijakan baru tentang sesuatu, rekomendasinya tentu terkait dengan bagaimana proses menyusun kebijakan baru dilakukan: apakah di level pusat, propinsi atau kabupaten, bagaimana proses penyusunan akan dimulai, siapa yang harus dilibatkan, dan seterusnya.

Kaitkan pula rekomendasi dengan sifat dari policy brief, apakah advokasi atau obyektif (lihat Modul hari 2). Jika ini adalah policy brief obyektif, maka rekomendasi harus berupa beberapa pilihan kebijakan, bukan hanya satu usulan kebijakan. Untuk masing-masing usulan pilihan kebijakan tersebut, harus disampaikan keuntungan dan kekurangannya, misalnya dari sisi sumberdaya, daya jangkau dan waktu yang dibutuhkan.

Jika penulis menggunakan perspektif pengambil kebijakan, maka rekomendasi yang ditulis dengan langkah-langkah yang tepat akan lebih memberi arti dibanding dengan pernyataan anjuran yang umum. Ingatlah bahwa rekomendasi harus praktis, artinya bisa dilaksanakan. Berikan saran kebijakan apa yang harus diambil. Sampaikan langkah-langkah apa yang harus dilakukan, dan apa konsekuensinya dari sisi sumberdaya (termasuk pendanaan), siapa berperan sebagai apa, dan siapa yang harus ambil pimpinan dalam mengatasi masalah, dan seterusnya. Jangan sampai, setelah membaca bagian rekomendasi, pembaca masih bertanya-tanya, "Lalu, bagaimana caranya?"