Laporan Hari I  Laporan Hari II  Laporan Hari III

LAPORAN PIT V HOGSI

(PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE V HIMPUNAN OBSTETRI GINEKOLOGI SOSIAL INDONESIA)
DI HOTEL ROYAL AMBARUKMO YOGYAKARTA, 30 APRIL-2 MEI 2012

 

Laporan Hari I

Pelapor: dr.Sitti Noor Zaenab, M.Kes

Suasana Hotel Ambarukmo yang sekarang bernama Royal Ambarukmo Yogyakarta memang berbeda setelah renovasi. Saat masuk melewati pos pemeriksa kendaraan tamu, Satpam langsung berdiri memberi hormat dengan menangkupkan ke dua tangan di depan dada dan menganggukkan kepala dengan melempar senyum yang cukup wajar, demikian juga ketika bertemu dengan petugas-petugas berikutnya. Ruang pertemuan ada di lantai VIII yaitu di The Karaton Ballroom Ambarukmo, dan telah tersedia sekitar 400 buah kursi yang terisi penuh para peserta yang terdiri dari dokter spesialis obsgyn, bidan, dokter umum, dll. Tema PIT V ini adalah Percepatan Pencapaian MDGs melalui kerjasama Lintas Sektoral dan Peningkatan Kualitas SDM

Tepat pukul 09.00 WIB acara pembukaan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan persembahan tarian daerah untuk menyambut para tamu yang berasal dari seluruh Indonesia. Beberapa pemangku kepentingan memberikan sambutan yaitu Ketua Panitya PIT V, Ketua PB POGI, dan Wakil Gubernur DIY. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Kesehatan RI mewakili Menteri Kesehatan RI. Beliau meminta kepada para hadirin untuk mendoakan Menteri Kesehatan dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,DR.PH semoga diberi mukjijat untuk segera sembuh. Juga menghimbau para dokter dan tenaga kesehatan untuk selalu menjaga kesehatan diri sendiri, selain melayani kebutuhan kesehatan orang lain. Jangan sampai sakit atau meninggal disebabkan terlalu kecapekan. Upacara pembukaan diakhiri dengan menyanyikan Mars HOGSI dan lagu-lagu daerah persembahan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UGM, yang disambut meriah para hadirin. Yang menarik adalah bahwa Mars HOGSI baru pertama kali dikumandangkan , dimana syairnya adalah gubahan dr.H. Risanto Siswosudarmo, SpOG (K) dan diaransemen oleh dr.Danudoro, Sp.S (K).

Selanjutnya diisi kuliah umum dari Menteri Kesehatan RI yang disampaikan oleh Prof. dr.Ali Ghufron Mukti, MSc, Ph.D. dengan judul: Trend dan Status Pencapaian Target 4 dan 5 MDGs 2015 pada tahun 2011 serta Prediksinya pada tahun 2014. Beliau memaparkan berbagai indikator yang harus dicapai, diprediksi banyak yang bisa dicapai kecuali Angka Kematian Ibu (AKI). Dengan melihat trend AKI dimana pada tahun 2007 sebesar 228 dan kecenderungan tahun-tahun berikutnya, diperkirakan sulit mencapai 102 pada tahun 2015 kalau tenaga kesehatan hanya bekerja biasa-biasa saja, sehingga diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas dari seluruh yang terlibat.

Setelah kuliah umum Menkes, acara berikutnya adalah WORKSHOP 1 dengan topik: Peran Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu. Disini tampil 4 pembicara cukup ternama yaitu:

  1. dr.Ribka Tjiptaning Proletariati (Ketua Komisi IX DPR RI), dengan judul: Legislasi dan Anggaran Pendidikan Tenaga Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu
  2. DR. Illah Sailah (Direktur Akademik Dirjen Dikti Kemendikbud RI) dengan judul: Kebijakan Kemendikbud dalam Proses Pembelajaran dan Produksi Tenaga Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu
  3. Laurentina Lawintono, MSc, dengan judul: Materi Kognitif dan Pencapaian Kompetensi bagi Bidan Pelaksana Program KIA
  4. Dr.dr. Dwiana Octiyanti, SpOG (K), dengan judul: Sumberdaya untuk Pendidikan Dokter Umum , Spesialis, dan Spesialis Konsultan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu

Sebenarnya topik ini cukup penting, tetapi alokasi waktu untuk masing-masing pembicara hanya sekitar 5-8 menit, demikian juga waktu untuk diskusi sangat terbatas, apalagi tidak didukung oleh ketersedian makalah/bahan tertulis bagi para peserta. Semoga di akhir kegiatan pihak panitya dapat memberikan soft copy atau dalam bentuk apapun dari materi-materi tersebut sehingga para peserta dapat memahami dengan lebih baik dan jelas.

Berikutnya memasuki WORKSHOP 2 dengan topik: Upaya Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pencegahan Kanker Leher Rahim di Indonesia. Disini tampil 4 pakar yaitu:

  1. Prof.Dr.dr. M.Farid Aziz, SpOG (K) dari HOGSI, dengan judul: Upaya Preventif, Deteksi Dini, dan Pengelolaan IVA positif di Level Fasilitas Kesehatan Primer dan Rujukan
  2. Prof.dr.Endy M.Moegni, SpOG (K) dari HOGSI, dengan judul: Strategi jangka Panjang Pencegahan Kanker Leher Rahim di Indonesia
  3. Dr.Martin Luber dari WHO-GAVI dengan judul: Peran WHO-GAVI (Global Alliance Vaccines and Immunisations) dalam Membantu Vaccinasi HPV di Indonesia
  4. Dr.Fatun Basalamah dari Kemenkes RI, dengan judul: Peran Kemenkes dalam Membantu Vaksinasi di Indonesia

Inti dari pemaparan para pakar ini adalah masalah kanker pada wanita masih didominasi oleh Ca Mamma dan Ca Cervic, diperlukan upaya pencegahan primer dan pencegahan sekunder yang efektif untuk menanggulangi masalah tersebut. Penggunaan Metode Pap Smears untuk deteksi dini masih cukup kompleks dalam pelaksanaannya, direkomendasikan pemakaian metode IVA yang cukup mudah dan cost effectiffeness. Vaksinasi HPV sangat membantu untuk mencegah Ca Cervix, makin muda usia wanita yang mendapatkan vaksinasi tersebut akan makin baik hasilnya. Diperkirakan biaya vaksinasi HPV Rp.1.000.000,- perorang, sehingga dibutuhkan biaya yang cukup besar seandainya akan diprogramkan secara nasional.

Setelah Ishoma acara dilanjutkan lagi dengan Kuliah umum dari Kepala BKKBN , DR.dr. Sugiri Syarief, MPH, dengan judul: Keluarga dan Pelayanan KB yang Berkualitas sebagai Upaya Promotif dan Preventif dalam Mencapai Target MDGs 2015. Beliau menyampaikan ada 3 masalah penting yang harus diperhatikan yaitu: Kuantitas penduduk, Kualitas Penduduk, dan Perkembangan Penduduk. Penduduk Indonesia cukup banyak, tetapi 60% tingkat pendidikannya baru tamat SD, pada tahun 2011 HDI Indonesia berada pada posisi 124 dari 187 negara. Diberikan data tentang gambaran median umur perkawinan pertama yaitu pada usia 19 tahun (sasaran umur 21 tahun), dan pada SP 2010 umur ini menurun lagi. TFR tahun 2007 sebesar 2,6 dan pada tahun 2010 sebesar 2,1, dipredeksi pada tahun 2060 baru terjadi penduduk tanpa pertumbuhan. Pada sesi ini tidak ada tanya jawab.

Secara marathon acara dilanjutkan dengan WORKSHOP 3, dengan topik: Jaminan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan dan Dampaknya terhadap Penurunan AKI dan AKB. Disini tampil 4 praktisi sebagai pembicara yaitu:

  1. dr.Supriyantoro, SpP, MARS (Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI), dengan judul: Strategi Aplikasi dan Kesiapan Administratif RS dalam Pengelolaan Jaminan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
  2. dr.Ribka Tjiptaning Proletaria (Ketua Komisi IX DPR RI) dengan judul: Latar Belakang Legislasi Jaminan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan terkait MDG 2015
  3. dr.Bayu Wahyudi , MPHM, SpOG (Direktur RSUP Hasan Sadikin), dengan judul: Pelaksanaan dan Masalah Pengelolaan Jamkesmas/Jamkesda
  4. dr.Andi Wahyuningsih Attas, SpAn (Direktur RSUP Fatmawati), dengan judul: Pengalaman dan Rekomendasi dalam Menjalani Uji Coba Jamkesmas/Jamkesda

Inti dari sesi ini adalah bahwa setiap penduduk idealnya memiliki jaminan kesehatan, dalam pelayanan kesehatan harus ada kendali biaya dan kendali mutu. Jamkes yang dikembangkan pemerintah adalah jaminan sosial sehingga tarifnya memang bukan tarif penuh. Dokter seharusnya tidak meminta bayaran tinggi karena profesi dokter adalah pengabdian dan merupakan pilihan. Memang diakui sekarang biaya untuk sekolah dokter atau spesialis mahal, sehingga perlu dicarikan solusi ke depan bagaimana supaya pendidikannya gratis, tetapi setelah lulus betul-betul mengabdi untuk kepentingan rakyat.

Banyak sekali masalah yang dihadapi RS dalam pelayanan pasien Jamkesmas dan Jampersal, kalau tidak segera ditata dengan baik maka yang timbul adalah saling menyalahkan. Untuk itu perlu ada pertemuan rutin berbentuk Round Table Discussion bagi para pemangku kepentingan. Kalau saat ini Jampersal belum berefek pada penurunan AKI dan AKB, salah satu penyebabnya adalah sistim rujukan yang belum memiliki pola yang jelas sehingga memberi beban yang tidak perlu pada RS rujukan tertier. Sehingga perlu pemberdayaan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer dan sekunder, dan penataan sistem rujukan dan pembiayaan yang baik. Kalau hal ini tidak dilakukan maka berapapun anggaran yang disediakan, tidak akan menyelesaikan masalah. Tidak ada pemateri yang mewakili RSUD, sehingga suara mereka tidak terdengar pada acara ini

Meskipun waktu semakin sore, para peserta mulai capek dan juga ada yang nampak kesal karena tidak ada makalah/materi sebagai pegangan dan waktu diskusi yang sangat terbatas, acara dilanjutkan ke WORKSHOP 4. Disini tampil 4 pembicara yaitu:

  1. DR.Harni Koesno, MKM (Ketua PB IBI) dengan judul: Kesiapan Bidan dalam Pelayanan KB Pascasalin
  2. dr.H.Risanto Siswosudarmo, SpOG (K) dengan judul: Strategi Penyiapan Tenaga Medis dan Fasilitas untuk Pelaksanaan KB Pascasalin
  3. dr.Christina Manurung (Subdit Bina Keluarga Berencana Kemenkes RI) dengan judul: Upaya Akselerasi KB Pascasalin pada Pasien Jampersal
  4. dr.Wicaksono, M.Kes (Direktur Pelayanan KB Jalur Pemerintah BKKBN) dengan judul: Strategi Penyediaan sarana dan Prasarana KB Pascasalin

Pada workshop terakhir pada PIT hari pertama ini, intinya adalah bahwa Bidan Delima siap untuk melaksanan KB pasca salin sesuai semboyan "Ada KB ada Bidan, ada Bidan ada KB", dan juga siap sebagai pemberi informasi kepada masyarakat di lini depan. Dalam pendidikan dokter dan dokter spesialis, mereka dilatih untuk memasang IUD pascasalin dengan methode/alat khusus. BKKBN siap untuk pengadaan sarana dan prasarana pendukung . Diharapkan para pelaksana di lapangan dapat mendorong masyarakat pengguna Jampersal untuk mengikuti KB pascasalin. Ke depan pembayaran Jampersal akan dikaitkan dengan kualitas ANC (?)

Selesai acara para peserta pulang, dan panitya mengumumkan bahwa malamnya akan diadakan Malam Keakraban di Pelataran Candi Prambanan. Supir saya menunggu sekitar 30 menit di halaman Royal Ambarukmo, dan begitu keluar dikenakan biaya parkir sebesar Rp.4000,- Ambarukmo memang telah berubah setelah renovasi. Mohon maaf laporan ini belum sempurna karena disusun tanpa didukung referensi tertulis. Sekian .